Rabu, 18 November 2009

APA GUNA DIRI INI



Pagi itu, tepatnya saat mata anak itu terbuka. Namun matanya masih belum dapat terbuka dengan lebar karna disela-sela matanya terdapat sesuatu yang mengganjal matanya. Dia mulai minghirup udara pagi ini dengan deruan nafas yang hening. Sesekali ia mendengar suara kokokan sang dewa pagi, namun tak di hiraukan nya. Dia tetap menikmati hening di pagi itu. Dan mengambil segelas air lalu di tenggak lah segelas air itu kedalam rongga mulutnya. Tak lama terdengar suara lantang " HEI KAU, JANGAN BERDIAM DIRI SAJA. KAU MAU TAK DAPAT MELIHAT HARI ESOK ", tersentak anak itu pun kaget. Di usia nya yang masih terbilang seumur jagung itu ia mengerjakan hal yang dikerjakan oleh orang dewasa tanpa mengeluh dan tanpa ragu. Anak itu terpaksa harus seperti ini, memutar roda kehidupanya agar dapat tetap hidup. Sebab ia hanya sebatang kara. Sejak kecil ia tak pernah siapa tahu siapa orang tua nya, karna ia di besarkan oleh seorang nenek tua yang meninggal disaat usia nya mulai beranjak. Nenek itu sangat sayang padanya, namun tak dibiasakan kata manja membisikkan telinga nya.Kini semenjak kepergian sang nenek hanya ejek dan ledekan dari anak sepantaran nya. Namun ia tetap tegar. Sang waktu berjalan dan terhenti angka 07:06 ia melihat waktu itu pada sang waktu. Tetesan air mata keluar dari sela-sela matanya yang masih belum bisa terbuka dengan lebar. Ia hanya bisa melihat anak sepantaran nya berjalan di depannya bersama orang yang menyayangi dan di sayanginya. Beberapa saat ia mencoba kembali tegar, dan berkata " BUAT APA AKU SEPERTI INI, TAK AKAN ADA YANG BISA KEMBALI" (sambil berjalan menuju sebuah ruang kotak yang dapat menyegarkan tubuhnya). Sesampainya di tempat itu ia mulai membuka helai demi helai kain yang menutupi dirinya. Di nikmatinya semua itu, karunia tuhan yang tiada habisnya da siapapun berhak memakainya. Kini dirinya kembali segar,sesudah itu ia berjalan menuju dimana ia dapat menghidupi dirinya. sesampainya disana ia lagsung menuju ke tempat dimana seharus nya ia berada dan mulai memotong sayuran di sebuah bilik yang terdapat banyak orang menanti nya walau ia tak tampak namun perkerjaan nya itu di nikmati oleh semua orang. Terik panas bumi pun kian turun dan menyengat hingga ke dalam rongga-rongga tubuh ini, hingga air yang yang tadinya sudah terbuat dari pekerjaan nya kini tak sanggup lagi menahan dan tumpah lah semua di hadapannya. Dia menikmati aliran demi aliran yang terus mengalir di permukaan wajah nya. Pekerjaan nya pun selesai, kini waktu nya ia mengembala kambing-kambing milik seorang saudagar kaya di lingkungan nya. di hadapan padang rumput yang luas, ia membiarkan kambing-kambing itu menelan batang demi batang rumput yang ada. Sambil sesekali ia pun mengigiti ilalang. Tak hanya diam, ia juga membaca buku tentang kehidupan. "APA GUNA AKU HIDUP DIDUNIA INI" Kata-kata itu yang tertera pada buku yang di bacanya. Dan ia menemukan itu di tempatnya yang dinikmati oleh semua orang itu, di sela-sela tumpukan kardus yang tertata rapih. Bukan maksud ia mencuri buku itu, ia hanya tertarik dan ingin tahu apa yang sebenarnya ia lakukan di dunia ini. Tanpa orang yang dapat memberikan nya kasih sayang ia tetap tegar dengan semua ini. Detik demi detik berlalu, waktu kian berjalan maju dan surya pun agak kehitaman. Rupanya nampak segerombolan awan hitam yang ingin menghampirinya, lalu ia bergegas untuk membawa hewan gembalaanya kembali memasuki sebuah gubuk yang dapat melindunginya dari serbuan anak dari awan hitam itu. Tak lama kemudian terdengar gemuruh kecil yang memekak di telinga nya.



Butiran-btiran air mulai turun dengan kilauannya yang bersinar. Dengan cepat butiran-butiran itu membasahi semua yang berdiri tanpa panadah yang menghalanginya. mata yang berkaca-kaca memandang bersama hewan gembalaannya, "INI LAH ANUGRAH DARI TUHAN" (ia berkata dan terus sambil memandang berharap butiran itu berhenti mengalir. Sambil sesekali ia melihat hewan gembalanya ia membaca buku itu kembali. Hingga sang waktu yang berputar dan bumi pun berwarna mulai kemerahan. Butiran itu pun kian berhenti secara perlahan, dan sejenak ia menutup lembaran-lembaran buku yang di bacanya. Kini, hujan berhenti sepenuh nya. Ia pun segera bergegas membawa pulang ke tempat dimana gembalaanya berada. Sore itu ia mendapatkan sedikit makanan dari sang majikan yang menyuruhnya untuk mengembala hewan ternak nya. Wajah nya tampak senang sekali, dari pagi ia hanya minum segelas air putih. Dilahapnya makanan yang di sajikan sang majikan pemilik hewan gembalaan nya. Selesainya, ia berpamitan kepada sang majikan pemilik hewan gembalaan nya untuk segera menuju gubuk peninggalan nenek tercinta dimana ia dapat merasakan hangatnya sentuhan kasih sayang disana. Di tengah perjalanan ia terus memikirkan utuk apa aku di dunia ini. Terkejut ketika didepan nya nampak seekor ular yang sangat berbisa hampir saja ia tak melihat ular itu. Untung nya, jika tidak nyawa nya tidak akan bisa tertolong dengan bisa yang di hasil kan ular tersebut (begitu mematikan). Ia lalu bergegas menuju gubuknya karna hari mulai tak terlihat lagi, dan jalan pun sudah tak nampak hanya sinar bulan yang meneranginya. sesampainya di gubuk nya ia kembali menuju ruang kotak yang dapat menyegarkan tubuh nya. Setelah ia keluar dari ruang kotak itu, tubuh nya sekarang bersinar memancarkan ke indahan yang tertutup debu seharian ini. Setelah itu ia berbaring terlentang di atas tumpukan papan yang membuatnya nyaman dan terlelap. Sambil terus berfikir ia melamun bagaimana kelak ia sudah besar. (Dalam lamunan nya mata nya sedikit terpejam) "Tuhan apa aku ini akan hidup seperti ini terus? (begitu dia berkata sambil meneteskan air mata. Sambil berkata-kata kecil ia meminta permohonan semakin lama pun matanya tak sanggup lagi menyangga beratnya kelopak mata ini yang smakin menurun. (Karna tak sanggup menahan lagi, akhir nya tertutup rapat lah mata mungil itu). Sepanjang malam ia bermimpi dan terus mengigau sebagai orang dewasa yang di pertanyakan apa yang akan ia lakukan kelak ia dewasa, dan apa tujuan ia hidup ini. bersambung...